Gurame, mas, tawes, nila, mujair merupakan jenis-jenis ikan yang biasa dibudidayakan pada usaha perikanan darat. Di antara berbagai jenis ikan tersebut, gurame merupakan jenis ikan air tawar yang paling unggul. Salah satu keunggulan gurame adalah rasanya yang enak sehingga banyak digemari konsumen ikan air tawar. Pertumbuhan ikan gurame relatif lamban apabila dibandingkan dengan jenis ikan lain. Namun demikian ukuran yang dapat dicapai ikan gurame cukup besar. Ikan gurame jenis Galunggung atau Soang sudah sangat dikenal petani, dapat mencapai bobot di atas 10 kg per ekornya.
A. PROSPEK PASAR
Ikan gurame merupakan jenis ikan air tawar yang paling mahal harganya, namun permintaannya cukup tinggi. Permintaan gurame datang dari pedagang ikan di desa setempat yaitu desa Babakan. Karena mudahnya menjual ikan gurame, banyak orang yang menyetarakannya dengan emas, selain mudah dijual juga bernilai cukup tinggi.
Dalam kondisi pasar yang cukup prospektif tidak banyak orang yang menekuni usaha perikanan gurame secara profesional dan berorientasi komersial. Maka walaupun permintaannya cukup tinggi, penawaran ikan gurame masih dirasakan lamban. Akibatnya, sekalipun untuk memenuhi permintaan lokal dan regional, pasar ikan gurame masih terbuka lebar.
Fluktuasi harga ikan gurame relatif stabil dengan kecenderungan yang terus meningkat. Sebagai ilustrasi, harga ikan gurame saat ini di tingkat konsumen wilayah Karanglewas mencapai Rp.15.000 – Rp.20.000 per kg, sementara harga ikan yang berada satu peringkat di bawahnya yaitu ikan mas hanya Rp.6.500 paling tinggi Rp. 9.000.
B. DUKUNGAN SUMBER DAYA LOKAL
Sebagian wilayah pedataran Desa Babakan memiliki sumber air permukaan maupun air tanah yang cukup sehingga menjadikan iklim yang kondusif untuk pengembangan budidaya ikan air tawar. Sentra budidaya ikan gurame di desa Babakan tersebar di beberapa daerah antara lain: Karanggandul, Singasari, Sokawera dan masih banyak daerah-daerah yang lain. Kurang lebih 1 Ha kolam di wilayah tersebut potensial sebagai tempat usaha ikan gurame.
C. STRATEGI PENGEMBANGAN
Luas penguasaan lahan usahatani yang sempit berimplikasi pada efisiensi penyediaan sarana produksi dan pemasaran. Untuk mencapai efisiensi tersebut dapat dilakukan pendekatan kelompok kemitraan antara plasma dan inti.
Inti merupakan pihak pengelola kelompok, dapat berupa perusahaan yang bekerja sama dengan beberapa orang petani. Inti lebih difokuskan pada penyediaan sarana produksi termasuk bibit dan pemasaran. Sementara petani (plasma) bergerak pada tata laksana usahatani.
D. KELAYAKAN DAN PELUANG INVESTASI
Berdasarkan hasil analisis usaha pembesaran ikan gurame dalam kasus seluas 10 m2 diperlukan biaya sebesar ±Rp.500.000. Setelah tiga bulan dipanen, diperoleh hasil penjualan sebesar Rp.1.500.000. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.1.000.000.
No | Cabang Usaha Perikanan | Potensi Wilayah (ha) | Pemanfaatan Wilayah (ha) | Harga/Unit (Rp/Unit) | Nilai |
| Produksi Ikan Gurame | | 475 | 16.000 | 7.600.000 |
| Pengeluaran 1. Bibit 2. Pakan Pelet 3. Pemeliharaan 4. Sewa Lahan | Ekor Kg Bulan M2 | 1.000 500 6 100 | 2.250 2.500 50.000 | 2.250.000 1.250.000 300.000 300.000 |
| Total | | | | 4.100.000 |
| Keuntungan (A-B) | | | | 3.500.000 |
| R/C (A/B) | | | | 2,71 |
| BEP Harga Produksi | | | 863,16 | |
| BEP Volume Produksi | | 2.256,25 | | |
R/C yang diperoleh sebesar 2,71, berarti setiap Rp.1 yang diinvestasikan akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp.2,71 dalam tempo enam bulan (dengan laba sebesar Rp.1, 71). BEP harga produksi ikan gurame sebesar Rp.863,16, sementara harga jual bisa menembus sampai Rp.20.000, maka margin keuntungan terhadap harga pasar cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar